
Sahabat ,
Masih ingat di saat awal perkenalan ,
Detik tercatit dalam sejarah kehidupan ,
Bermula satu pengembaraan bersama ,
Mengharungi lautan dunia yang amat pendek usianya.
Sahabat ,
Terpacul tidak dari bibir menata ,
Perjanjian hidup sentiasa bersama ,
Seolah hati mengerti bicara iris mata ,
Membisik , kaulah teman , rakan selama.
Akal tidak mampu tertipu dek mata ,
Satu hari kita akan terpisah jua ,
Kontrak dunia tidak mampu aku tepis ,
Bila Ya Rabulizzah penentu segala.
Jadi ?
Mana memori bersama bakal kita bawa ?
Persoalan yang aku simpan ,
Menunggunya datang ,
Menyiapkan bala tentera hati ,
Kebalnya hingga tiada titisan ,
Berani jatuh menyembah bumi ,
Kerasnya.
Doa ku panjat pada Yang Esa ,
Agar kita kan tetap bersama ,
Berjuta jauh jaraknya ,
tiada terasa.
Benar ,
Tugas realiti membiar jasad terpisah ,
Tapi ingatlah pada bacaan tersirat sang iris ,
Kerana perjanjian kehidupan ,
Mengetahui ,Kitalah , sahabat sejati .